
Bagas Supratman – Tidak semua orang dilahirkan dengan kesempatan beroleh hidup yang lebih baik, namun tugas kita adalah memberi harapan tersebut bagi mereka, idiom inilah yang coba direalisasikan oleh Bagas Suratman, seorang petani dan pengusaha sayur mayur di lahan dekat Bandara Soekarno Hatta.
Sebagai orang yang diberi kesempatan oleh Tuhan, Bagas berusaha membantu para pemuda yang luntang-lantung tanpa masa depan lantaran tidak memiliki pekerjaan dengan mempekerjakan mereka di lahan perkebunan sayurnya.
Baginya ia melakukan dua kebaikan sekaligus dengan mempekerjakan mereka, selain memberi mereka harapan dan penghasilan untuk hidup.
Bagas juga berikhtiar untuk melakukan regenerasi bagi para generasi petani. Wajar saja, karena profesi sebagai petani memang kurang menarik bagi para milenial, bahkan oleh mereka yang mengaku lulusan dari institute pertanian ternama di Indonesia.
Bagas Supratman
Pernah luntang-lantung hingga Menjadi Preman
Bagi Bagas, para pemuda-pemuda yang ia pekerjakan mengingatkan dirinya akan masa lalunya yang kelam. Memiliki ”modal” yang lebih baik dengan berhasil lulus dari sekolah kejuruan di Klaten tak lantas membuatnya mempunyai kehidupan yang baik. Ia justru terjebak dalam dunia kelam premanisme.
Bagas menceritakan bagaimana ia justru menjadi pemabuk berat dan seakan-akan tidak mempunyai masa depan, padahal ia sudah mempunyai tanggungan seorang isteri dan tiga orang anak. Tersadar bahwa ia tidak bisa terus begini ia memutuskan untuk menyusul Ibunya merantau ke Jakarta.
Di Jakarta pun ia tidak langsung terjun menjadi petani seperti sekarang. Bagas pernah menjajal menjadi kuli porter di Bandara Soekarno Hatta, setelah itu ia menjadi penjual buah dan sayur mayur dengan modal dari ibunya.
Disinilah titik balik kehidupannya, Ia justru mendapat keberuntungan ketika mulai menekuni usaha berjualan buah-buahan.
Terkenal hingga pasar Ciputat dan Kemayoran membuatnya dapat merintis usaha lahan perkebunan sejak 2004. Ia mulai mengajak para pemuda-pemuda di sekitar lahan perkebunannya untuk ikut berkebun.
Pemuda-pemuda yang diajaknya memiliki latar belakang yang beragam, selain para pemuda yang pengangguran ia pun juga mengajak para santri yang masih kesulitan mencari pekerjaan. Bahkan tidak hanya pemuda, Ibu-ibu sekitar lahan perkebunannya juga ikut ia berdayakan.
Kini bersama dengan para pemuda binaannya, Bagas telah berhasil menjadi penyuplai buah-buahan utama bagi tiap perusahaan. Tidak hanya berhasil bagi dirinya sendiri, ia juga berhasil ikut mengangkat kehidupan para anak buahnya.