
Sosok Anak Indonesia di Film Transformer – Siapa yang tak kenal dengan film-film Hollywood yang termasuk dalam kategori film box office, seperti Transformer, Star Trek, Iron Man, dll.
Meskipun mungkin kita bukan termasuk penggemar film, mendengar judul-judul diatas jika ditanya ‘pernah nonton atau tidak?”, dengan kompak pasti kita akan menjawab ‘pernah!”.
Film yang kita sebutkan tadi memang beberapa contoh dari film Hollywood yang sangat laris dan banyak dikenal oleh semua orang di seluruh dunia. Banyak orang kepincut melihat special effect yang disuguhkan dalam setiap adegan film yang seakan tampak nyata.
Tahukah anda? dibalik kesuksesan dari beberapa daftar list film-film animasi dunia, ada nama seorang anak Indonesia asli di dalamnya?
Sosok Anak Indonesia di Film Transformer
Namanya adalah Andre Surya, seorang pemuda yang lahir di Ibukota Jakarta 34 tahun silam ini memang sudah lama berkiprah di kancah Internasional sebagai seorang animator profesional. Sudah cukup banyak film-film kenamaan yang dalam credit akhir videonya mencantumkan nama Andre Surya.
Nama Andre Surya tercatat telah beberapa kali terpampang pada daftar crew produksi, tepatnya sebagai Digital Artist. Beberapa judul film diantaranya adalah Star Trek, Iron Man, Iron Man 2, Transformer: Revenge of the Fallen, Terminator Salvation, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Prestasi Andre memang begitu gemilang, pria asal Jakarta ini juga dipercaya menjadi satu-satunya anak bangsa yang tergabung dalam divisi Industrial Light and Magic sebagai seorang digital artist di Lucasfilm Singapore, sebuah rumah produksi besar yang ada di Singapura, milik sutradara film fenomenal Star Wars, George Lucas.
Tugas menjadi seorang digital artist ia lakukan dengan penuh tanggung jawab, namun tetap santai seperti pembawaannya. Hal itu dikarenakan Andre sendiri yang telah menganggap pekerjaannya sebuah hobi yang menyenangkan.
Sebagai seorang digital artis, Andre bertanggung jawab dalam hal layout, lighting, modelling, serta compositing dalam sebuah proses produksi film.
Modelling sendiri adalah sebuah proses pembuatan karakter animasi, atau item lainnya seperi mobil, pohon, robot, dll. Layout adalah proses dimana sang digital artist harus menyinkronkan camera CG dengan latar belakang asli dari sebuah benda.
Setelah proses modelling dan layout sudah berhasil dilakukan dengan baik, lalu berlanjut ke proses Lighting, dimana butuh kreatifitas tingkat tinggi untuk membuat karakter 3D terlihat menarik bahkan realistis dengan sentuhan posisi pencahayaan yang pas.
Proses terakhir yang dilakukan setelah semuanya selesai adalah proses Compositing atau sebuah proses yang dikerjakan untuk menggabungkan semua elemen yang telah dibuat sebelumnya.
Ketertarikan Andre pada dunia 3D memang telah terlihat seja ia masih duduk di bangku SMP. Hingga akhirnya setelah lulus SMA, ia memutuskan masuk ke jurusan Desain Komunikasi Visual untuk mempelajari ilmu 3D yang selama ini disukainya di sebuah universitas ternama di Indonesia, yakni Universitas Tarumanegara.
Tak lama kemudian, karena bakat dan skillnya Andre pun mendapat satu kesempatan kerja yang sesuai dengan minatnya ketika statusnya masih mahasiswa aktif di UNTAR. Tawaran Pekerjaan di sebuah perusahaan di Jakarta yang bergerak pada bidang Advertising and Architectural Visualization itu pun ia terima.
Sayangnya, karena tanggung jawab pekerjaan yang makin hari makin banyak, akhirnya studi Andre di UNTAR pun mengalami hambatan, hingga suatu saat ia memutuskan untuk berhenti kuliah. Satu tahun kuliah di UNTAR, Andre melanjutkan studinya ke Kanada.
Di Vancouver, Kanada, Andre mengambil paket diploma untuk jurusan film and special effects di sebuah sekolah perfilman bernama Vanarts.
Perjalanan panjang Andre hingga bisa menjadi seorang tim digital art di Lucasfilm memanlah sebuah kisah sangat panjang. Perjuangannya untuk bisa mendapatkan posisi tersebut juga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Film besar yang pertama kali ia kerjakan adalah film Iron Man. Saat itu ia hanya ditugaskan untuk mengatur lighting pada saat si tokoh Iron Man terbang ke angkasa. Dari situlah nama Andre Surya juga ikut terbang bersamaan dengan karyanya yang mendunia.
Tak hanya itu saja, Andre pun telah beberapa kali mendapatkan penghargaan baik di tingkat Nasional maupun tingkat Internasional. dalam sebuah ajang konferensi komputer grafik paling besar di benua Asia, gambar 3D karya Andre yang berjudul Somewhere in The Sky berhasil meraih Excellence Award.
Gambar lainnya yang oleh Andre diberi judul City of Enhasa juga tercatat telah berhasil menjadi juara pertama pada ajang Future World Contest yang digelar oleh sebuah website 3D terkenal.
Dikutip dari berbagai sumber.