
Gado-Gado Boplo – Bicara tentang Indonesia, tentu tidak bisa dipisahkan dengan kulinernya, negeri ini adalah negeri dengan jutaan menu kuliner yang luar biasa. Setiap daerah di Indonesia, bahkan sampai ke level pedesaan memiliki ciri khas kulinernya masing-masing.
Jika anda adalah seorang turis dari luar negeri, anda dipastikan akan merasa takjub dan terpesona, melihat betapa banyak dan luar biasanya menu kuliner yang ada di Indonesia.
Setiap jalan utama, di semua wilayah manapun di Indonesia, dipastikan akan dipenuhi oleh berbagai macam menu dan ciri khas kuliner daerah tersebut. Mulai dari Martabak Bangka, Sate Madura, Soto Ayam Lamongan, Sate Padang, Kerak Telor, Soto Babat dan berbagai menu lainnya.
Gado-Gado Boplo
Salah satu ciri khas menu kuliner tradisional Indonesia yang sangat digemari di negeri ini adalah Gado-gado, gado-gado menu yang sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia ini, adalah menu makanan sehat yang sangat bagus untuk kesehatan, menu yang satu ini terdiri dari sayuran yang direbus dan dijadikan satu, ditambah dengan bumbu kacang yang dilumatkan, biasanya diberi tambahan tahu, kentang rebus dengan taburan bawang goreng di atasnya, plus tidak lupa tambahan emping atau kerupuk sebagai penyertanya.
Nah, bicara tentang Gado-gado, nama Gado-Gado Boplo tentu akan sulit dipisahkan darinya. Berdiri sejak tahun 1970 (sudah lebih dari 50 tahun) Gado-gado Boplo memulai sejarah panjangnya dari sebuah warung kedai kecil di Gang Pasar Boplo (sekarang Pasar Gondangdia) Cikini Jakarta Pusat.
Ibu Juliana Hartono (Founder dari Gado-gado Boplo) memulai usaha ini lebih dari 40 tahun yang lalu, dengan modal seadanya sekitar Rp.500,00 dengan harga jual per porsinya hanya Rp.25,00 rupiah saja. Kebanyakan pembeli yang datang saat itu, masih tetangga sekitar rumahnya saja, dan itu adalah sesuatu hal yang lumrah untuk seorang penjual gado-gado rumahan pada umumnya di Indonesia.
Sejak suami tercinta meninggal dunia, Juliana otomatis menjadi tulang punggung keluarga, kedua anak tercintanya Calvin Hartono dan Vera Hartono, menjadi penyemangat utama Juliana dalam menjalankan usaha ini.
Juliana yang pada dasarnya memang senang dan piawai dalam hal masak-memasak, justru memilih gado-gado untuk usaha bisnisnya saat itu, menu yang sederhana ini dipilihnya dengan pertimbangan pengolahannya yang terbilang mudah, sederhana, modal awal yang kecil dan karena menu ini akrab di telinga banyak orang.
Salah satu hal yang membuat Gado-gado Boplo menjadi unik dan mempunyai ciri khas, adalah penambahan kacang Mete dalam pembuatannya, tentu itu masih ditambah dengan tambahan bumbu-bumbu rahasia mereka yang lainnya.
Ide penambahan kacang mete ini, sebenarnya didapat dari salah satu pelanggannya yang meminta bumbu kacang tanah gado-gado yang dipesannya, diganti dengan kacang mete yang dibawanya, Juliana pun meluluskan permintaan itu, dan di luar dugaan tindakan sederhana itu justru membawa perubahan yang signifikan pada gado-gado yang dibuatnya, cita rasa yang dihasilkan menjadi sangat berbeda, dan tentunya menjadi lebih lezat.
Sejak kejadian itu, Juliana pun menambahkan kacang mete dalam bahan baku gado-gadonya, plus ditambah inovasi bumbu rahasia lainnya yang terus menerus dikembangkan sejak saat itu.
Walau sudah memiliki cita rasa yang khas, dan pelanggan menyukai gado-gadonya, Juliana tetap serius memperhatikan standar pembuatan dan jumlah perbandingan bahan baku dalam peracikannya.
Menurut Juliana, tak peduli seberapapun hebatnya cita rasa suatu makanan, tanpa dibarengi standar mutu yang terjaga, maka cita rasa yang dihasilkan tentu akan selalu menjadi berbeda-beda, dan hal ini bisa berpotensi membuat pelanggan kecewa dan pergi meninggalkannya.
Dibantu oleh putra sulungnya Calvin Hartono, menu gado-gado buatan Juliana, semakin mendapatkan hati di mata para pelanggannya. Dengan semangat dan kerja keras yang luar biasa, mereka akhirnya berhasil mendirikan Restoran pertamanya di Jalan Barito Kebayoran Baru Jakarta Pusat pada tahun 2004.
Di usianya yang makin senja, Juliana sungguh beruntung memiliki Calvin Hartono, anak lelaki sulungnya yang mau dan sepenuh hati meneruskan usahanya tersebut, Calvin kecil yang sangat disayanginya itu, telah berkembang dewasa dan semakin matang dalam berusaha, Juliana pun pada akhirnya mulai memberi kepercayaan penuh pada anak sulungnya tersebut, untuk meneruskan usaha mereka.
Di tangan Calvin Hartono, Boplo terus berkembang menjadi sebuah restoran yang besar, nyaman, megah dan terkenal di Jakarta, satu persatu cabang restoran Boplo pun mulai dibuka di berbagai tempat.
Saat ini restoran Boplo sudah berkembang menjadi 9 cabang, plus 2 outlet tambahan pada lokasi Food court yang berlainan.
Walau awalnya sempat mengalami jatuh bangun dan pasang surut dalam bisnis, tapi Boplo tetap bertahan dan mampu melawan semua kesulitan yang ada, selain menunya yang kini semakin terus beragam, ciri khas gado-gadonya masih tetap bertahan sampai dengan sekarang.
Itulah salah satu hal yang menarik dari Boplo, sebuah menu tradisional asli Indonesia, yang berawal dari sebuah kedai kecil di gang sempit di pasar Boplo Jakarta, di tangan Calvin Hartono, Boplo menjelma bukan hanya menjadi sebuah restoran yang nyaman, mewah dan megah, tapi Calvin juga mampu menjadikan Boplo sebuah icon yang unik dan memiliki diferensiasi yang berbeda.
Calvin Hartono, seorang entrepreneur yang humble, sederhana, namun mampu menginspirasi banyak orang ini, bukan hanya menjadikan Boplo sebagai icon restoran biasa pada umumnya. Calvin juga mengembangkan Boplo menjadi sebuah tempat bertemunya para entrepreneur enthusiast khususnya di Jakarta.
Saat Indonesiabetter.com meminta saran dan pendapatnya, tentang banyaknya UMKM yang saat ini sedang down saat pandemi, dan mengalami depresi dalam usaha dan bisnis, beliau berkata “Tidak ada cobaan yang tidak akan berakhir, semua pasti ada waktunya. Isi waktu kosongmu dengan terus belajar dan tetaplah Stay Humble agar Sukses dapat cepat menghampiri Anda!” sebuah saran yang cukup pendek, sederhana, namun cukup dalam dan mengena.
Di Boplo, Calvin seringkali mengadakan berbagai seminar tentang entrepreneurship untuk umum, kegiatan positif ini tentunya sedikit banyak menambah jumlah angka entrepreneur baru di negeri ini.
Lewat kegiatan-kegiatan ini, Boplo makin menegaskan dirinya bahwa kesederhanaan yang digeluti secara serius dan berkelanjutan, terbukti mampu menjelma menjadi sesuatu yang luar biasa.
Indonesian Young Entrepreneur Community ( IYEC ), adalah sebuah komunitas entrepreneur yang Calvin dirikan untuk mewujudkan impian di atas, jika berminat, anda pun bisa bergabung dengan komunitas tersebut melalui group Facebook mereka di sini
Jika kelak anda berkesempatan mampir di salah satu restoran Boplo,
Sambil mengunyah masakannya yang lezat, cobalah untuk sejenak menutup mata anda, lalu coba anda bayangkan, bagaimana uang receh 500 rupiah tahun 1970 (sekarang nilainya kurang lebih 20 ribuan) dengan harga jual hanya Rp.25,00 saja (alias jigo) bisa berkembang dan menjelma menjadi sekian cabang restoran yang besar dan megah, saat anda membuka mata anda, anda mungkin akan mendapat sensasi inspirasi tersendiri.
Karena berbicara tentang Boplo, adalah berbicara tentang sebuah Brand Awareness, yang diciptakan dan dijaga sepenuh hati selama puluhan tahun, jadi kita bukan hanya sekedar berbicara tentang produk makanan yang memiliki cita rasa yang lezat dan berbeda, tapi juga berbicara tentang spirit determinasi yang luar biasa dari orang-orang tangguh yang ada dibelakangnya.
Dan jika anda sedang berpikir, bahwa anda sedang membutuhkan pandangan dan motivasi yang berbeda dari seorang real entrepreneur yang gigih memulai usahanya dari nol.
Indonesiabetter.com merekomendasikan anda untuk bertemu langsung dengan Calvin Hartono.
Untuk info lebih lanjut tentang Gado-Gado Boplo, Anda bisa mengunjungi website resmi mereka di sini